Halo, Tasya!
Duh, di foto ini masih cocok ya dia dipanggil begitu, kalau sekarang kau panggil dia dengan sebutan itu jangan harap dia menoleh, sadar sedang dipanggil pun sepertinya tidak..
Tasya adalah seorang anak kecil dengan wajah tengil yang selalu berpakaian seperti anak laki-laki. Si Tasya ini dulu susah sekali disuruh ngunyah, "makan" adalah sebuah rutinitas horor dalam hidupnya (padahal sekarang kalau lapar sedikit langsung uring-uringan). Tasya paling suka diajak ke kebun binatang sama papanya untuk liat jerapah. Cita-citanya sih ingin punya tubuh ramping semampai seperti hewan favoritnya, eh sudah besar malah melebar seperti panda.
Namanya juga hidup....
Setiap hari minggu pagi, Tasya dan keluarganya punya ritual untuk bertamasya ke pantai yang ada di kawasan Jakarta Utara, Ancol namanya. Papanya membawakan sepeda roda dua berwarna biru tua dengan dua roda tambahan di belakangnya. Kenapa dibawakan sepeda? Karena Tasya tidak bisa mengejar dua kakak laki-lakinya yang jika sudah berlari pasti cepat sekali. Tasya adalah hiburan bagi kedua kakak laki-lakinya karena setiap kali mereka berhasil menjahili Tasya sampai menangis, mereka berdua malah tertawa bahagia (duh, kakak macam apa ini ya..).
Tasya juga selalu disandingkan dengan si "Tasya anak gembala" yang suka muncil di televisi dan nyanyi-nyanyi saat musim libur telah tiba. Maklum, lagunya ngehits sekali pada tahun 90-an. Biasanya kalau arisan keluarga Tasya seringkali disuruh bernyanyi oleh pakde-pakde atau bude-budenya, lagunya ya si anak gembala.
Yang jelas saat ini Tasya sudah tumbuh menjadi perempuan yang lebih dewasa, walaupun belum seutuhnya, dan mengenang masa kecil adalah sebuah nostalgia yang membuat dirinya sendiri tertawa ketika mengingatnya.
(tema hari ke dua puluh enam untuk 30 hari bercerita adalah masa kecil)
0 comments:
Post a Comment