313.

Senja itu merekah berwarna merah,

melukis langit dengan semburat yang indah.

Aku dan kau duduk berdua,

diantara barisan kursi dan meja,

mulai berbincang tentang apa saja.

Hari ini tercium wangi yang seperti biasa,

kuhirup napas dalam-dalam menikmatinya,

menghidu aroma yang amat kusuka.

Makan malam di sebuah kedai kecil ala Jepang,

lahap, seperti dua anak kecil yang kelaparan.

Kulihat kau pun makan dengan nikmat,

sembari kutatap dengan penuh minat.

Menyelami sepasang matamu yang bercahaya,

menebak-nebak apa yang ada di dalam sana.

Tiba-tiba saja sepasang bibir kita telah bertemu,

berpagut dan berkelit saling menggigit menjadi satu.

"Aku sayang kamu,"

Aku terpana mendengar sebuah kalimat

yang meluncur dari bibirmu setelah saling melumat.

Tak pernah kubayangkan akan bertualang bersama,

hingga saat ini tiba, Aku dan Kau yang bahkan tak pernah bertukar sapa.

Kau mengajakku untuk mengarungi lautan yang tak terukur luasnya.

Ah.

Mungkin saja semesta sedang bekerja,

menjawab seluruh bisikan doa-doa.

Mungkin saja Tuhan sedang berbaik sangka,

mengirimkan seseorang untuk menjadi penjaga.

Mungkin saja.....

Kita bisa memperjuangkan rasa ini bersama.

Mari membangun sebuah bahtera,

untuk bekal kita berlayar mengarungi samudra!